Jatim. Rasionews.com | Surabaya .Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali rencana mau mengadakan perbaikan proyek jalan gunung Gumitir. Penutupan total pada 24 juli – September 2025 jalur penghubung Banyuwangi-Jember dalam perbaikan banjir penolakan.
Setelah pemkab Banyuwangi dan Jember menolak, giliran pihak DPRD Jawa Timur dari Dapil Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi juga melakukan penolakan. Minggu 29/06/2025
Anggota komisi D DPRD Jawa Timur Agung Mulyono mengatakan penutupan total bukan sebuah solusi untuk mengatasi perbaikan jalur Kumitir untuk dilakukan perbaikan.
“Perlu ada duduk bersama melibatkan dishub Jawa Timur, legislatif dan pakar akademisi sehingga menjadi keputusan yang terbaik. Tak hanya itu perlu penghitungan yang matang dari ahli untuk mengetahui secara detail dampak dari penutupan total jalur Kumitir,”ungkap pria yang juga politisi Demokrat ini, sabtu 28 Juni 2025.
- Advertisement -
Agung Mulyono menegaskan penutupan total jalur Kumiter tersebut jangan sampai menganggu aktifitas masyarakat terutama menghadapi mudik Nataru.” Ini sangat sensitif sekali karena mudik nataru ini sangat penting. Pengerjaan harus secepat mungkin dan jangan sampai Nataru. Kawatirnya aktifitas masyarakat terganggu. Saya mendesak sekali prioritaskan utama aktifitas masyarakat saat mudik nataru,”sambung pria yang juga bendahara demokrat Jawa Timur ini.
Pria kelahiran Banyuwangi ini lalu menjabarkan rencana penutupan total Jalur Gumitir pada Juli–September 2025 yang merupakan urat nadi penghubung antara Banyuwangi dan Jember telah menimbulkan keprihatinan yang mendalam dari masyarakat dan pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Banyuwangi.
Langkah ini,menurutnya diambil menyusul perlunya pengerjaan teknis berupa penguatan lereng dan perbaikan struktur jalan di titik-titik rawan longsor yang membahayakan keselamatan pengguna jalan.
- Advertisement -
Namun demikian,kata ketua fraksi Demokrat DPRD Jawa Timur ini pendekatan yang hanya menekankan pada aspek teknis tanpa mempertimbangkan konektivitas, dampak ekonomi, dan keberlangsungan aktivitas masyarakat, tentu menjadi kurang bijaksana.
“Secara geografis, karakteristik Jalur Gumitir sangat mirip dengan ruas Cangar–Mojokerto: sempit, curam, dan rawan longsor. Keduanya memerlukan pendekatan mitigasi risiko yang tidak hanya mengutamakan keselamatan, tetapi juga menjamin aksesibilitas publik secara adil dan merata,”jelas penggemar gowes ini.
Agung Mulyono lalu mengatakan sebagai fraksi yang berpihak pada kepentingan rakyat dan mendukung pembangunan yang inklusif, dirinya merekomendasikan hal-hal berikut antaranya sistem buka-tutup terbatas secara selektif, dengan prioritas untuk kendaraan penting seperti ambulans, logistik, dan BBM, Optimalisasi jalur alternatif, melalui perbaikan jembatan dan pelebaran titik-titik sempit di jalur Bondowoso–Situbondo.
“Penyediaan modal transportasi pengganti untuk penumpang selama masa perbaikan, seperti shuttle yang terjadwal dan aman. Penguatan koordinasi lintas sektor, dengan melibatkan BBPJN, Pemprov Jatim, Pemkab Banyuwangi, aparat keamanan, dan masyarakat dan tentunya skema kompensasi atau insentif logistik, untuk sektor usaha kecil, distributor, dan pelaku ekonomi yang terdampak langsung sehingga menimbulkan inflasi dari kenaikan semua bahan pokok di pasaran”jelasnya.
Diungkapkan olehnya juga dirinya mengingatkan bahwa pembangunan infrastruktur harus berpihak pada rakyat. Dalam kasus Jalur Gumitir, aspek teknis tidak boleh berdiri sendiri—harus diimbangi dengan pertimbangan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan.
“Kami menolak penutupan total tanpa solusi alternatif yang memadai. Pemerintah pusat dan daerah harus duduk bersama untuk merumuskan pendekatan yang tidak hanya mengamankan lereng, tetapi juga menjaga nadi kehidupan warga,”terangnya.
Pengguna jalan yang biasa melintasi Jalur Nasional Gunung Gumitir harus bersiap mengubah rute perjalanan.
Mulai 24 Juli hingga 24 September 2025, jalur yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi itu ditutup total tanpa pengecualian.
Penutupan ini adalah bagian dari proyek besar preservasi jalan yang ditargetkan rampung sepenuhnya sebelum pergantian tahun 2026.Proyek ini difokuskan pada dua titik rawan kecelakaan di wilayah Kecamatan Silo, Jember.Tepatnya di tikungan Mbah Singo dan Watu Gudang, dua titik yang kerap menjadi lokasi kecelakaan lalu lintas, terutama kendaraan besar seperti truk dan bus.
Dr Agung Mulyono mengharapkan pengerjaan proyek perbaikan jalur Gumitir lebih baik dengan metode buka tutup jalur , sehingga masyarakat tidak di rugikan dan tidak menimbulkan inflasi harga sembako di pasaran jika di tutup total akses jalan Gumitir.
Pewarta. Solikin.