Eco Bhinneka Muhammadiyah Dorong Komunitas Tuli Banyuwangi Petakan Wirausaha Inklusif
Jatim.Rasionews .com|Banyuwangi. Kegiatan Inkubasi Ecososiopreneur Selai Buah Naga yang diinisiasi oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah di Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, tak hanya menjadi ruang belajar tentang bisnis sosial dan ramah lingkungan. Dari forum inklusif itu, muncul gagasan baru yang inspiratif: pendataan pelaku usaha dari kalangan teman tuli di Kabupaten Banyuwangi.(8/11/25)
Gagasan tersebut muncul setelah Putri Pangestu, Ketua Komunitas Tuli Banyuwangi (TALIWANGI), menghadiri undangan Eco Bhinneka Muhammadiyah dalam sesi dialog dan pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) yang melibatkan berbagai komunitas lintas iman, perempuan, dan pemuda.
Melihat antusiasme peserta dan dukungan yang besar terhadap inklusi difabel, Putri tergerak untuk mengonsolidasikan jaringan pelaku usaha tuli di Banyuwangi. “Setelah pulang dari acara Eco Bhinneka, saya langsung buat Google Form dan menyebarkannya ke grup TALIWANGI. Tujuannya untuk mendata teman-teman tuli yang punya usaha, baik kecil maupun rumahan,” ujarnya penuh semangat.
- Advertisement -
Langkah sederhana itu mendapat respons positif. Dalam beberapa hari, puluhan anggota komunitas mulai mengisi formulir dengan berbagai jenis usaha: dari kuliner, laundry, sablon, hingga jasa fotografi. “Banyak teman tuli yang selama ini berjualan tapi belum terdata. Kami ingin data ini menjadi pintu awal menuju kolaborasi dan dukungan nyata,” tambah Putri.
Menanggapi inisiatif tersebut, Zahrotul Janah, Focal Point SMILE Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi, menyambutnya dengan penuh apresiasi. Ia menyebut gerakan ini sejalan dengan semangat ecososiopreneurship yang menekankan pemberdayaan manusia tanpa diskriminasi.
“Kami sangat bangga. Apa yang dilakukan Komunitas Tuli ini menunjukkan bahwa inklusi bisa tumbuh dari bawah. Eco Bhinneka Muhammadiyah siap mendukung dengan mem-branding dan memetakan titik-titik lokasi usaha teman tuli di seluruh Banyuwangi,” jelas Zahrotul Janah.
- Advertisement -
Menurutnya, data tersebut akan digunakan untuk membuat peta digital wirausaha inklusif — sebuah informasi publik tentang keberadaan dan jenis usaha teman tuli. Peta ini akan memudahkan masyarakat untuk mengenal, berkunjung, dan bertransaksi langsung dengan pelaku usaha difabel.
“Harapan kami, warga bisa tahu bahwa teman tuli juga punya kemampuan, produk, dan semangat yang luar biasa. Dengan peta ini, Eco Bhinneka ingin membuka jalur ekonomi baru yang adil dan setara,” tambahnya.
Inisiatif pendataan ini juga akan menjadi bahan kolaborasi lanjutan antara Eco Bhinneka Muhammadiyah, Dinas Koperasi Banyuwangi, serta Teman Usaha Rakyat. Melalui program lanjutan, para pelaku usaha tuli direncanakan akan mendapatkan pendampingan legalitas usaha, pelatihan digital marketing, serta ruang promosi di ajang Festival Buah Naga Inklusif yang akan digelar pada 2026 mendatang.
Putri Pangestu berharap langkah kecil ini menjadi inspirasi bagi komunitas difabel lainnya.
“Kami ingin teman tuli tidak hanya dikenal karena keterbatasan, tapi karena karya dan kemandiriannya. Terima kasih Eco Bhinneka Muhammadiyah sudah membuka pintu untuk kami.”
Dengan semangat kolaborasi dan keberagaman, langkah ini menjadi bukti nyata bahwa gerakan ekonomi hijau dan inklusif bisa tumbuh dari desa, dari komunitas, dan dari solidaritas antar manusia.
“Dari Temurejo, kita belajar bahwa inklusi bukan slogan — ia hidup lewat aksi nyata,” tutup Zahrotul Janah.
Reporter : Supartono




